Minggu, 08 Januari 2012

"GALUH CANDRA KIRANA" mask dance group


(English)
Jambuwer village was located at the slope of the mountain kawi on south side, the distance from malang city about 35 km. this village is in the sub district territory of Kromengan, Malang regency. most of the community are farmers and breeding, but this village was enough to be known in the mask malangesse artists because in this village had the group of mask puppet art. This mask art group was formed since 1959 by the name of the "Rukun Trisno" by having a membership of the available community from the village. Most dancers and musicians were the farmers and several adolescents who still were sitting in the educational bench. During 1991, this organisation changed the names to "Galuh Candra Kirana".
The beginning of this establishment of the mask group received the big support from the local village head, Mr. Ranu Dihardjo. He provided many facilities for the development of mask art in this village, including the music instruments, the place for exercise and helped to buy mask costume. The development of this mask group became not better since the former village head, Mr Ranu Dihardjo passed away, because of several facilities (the music instruments and the place for exercise) finally could not be used again because of the problem of the family. This group must have the exercise move from one place to another place of the member's house that had the big house and must rent the music instruments for the exercise and the stage. The condition for the costumes were increasingly long also obsolete because always was used in each performance and the amount was also incomplete so the group always rent the additional costumes for the staging of the mask puppet.
Despite in the condition did not benefit, this group of mask art continued to have the spirit to conserve and develop this tradition art.
in 2006 this group of mask art was appointed by the Culture and Tourism Office of Malang Regency to fill up East Java pavilion in TMII Jakarta, by showing the mask puppet with the act of "Apyun Wood". This was the extraordinary achievement for the artistic group from the village that could appear in the capital city. and special pride for the supporters (most of the dancers were the farmers). I saw they were very happy and active the exercise at that time. they felt they were given the rare and special opportunity.
Now several mask dancers and the musician were passed away and old, so their physical condition must be paid attention too. When we had the staging of the complete mask puppet, I felt confuse to arranged the dancers because the amount was very few. Regeneration of the mask dancer is not easy as overturning the palm finger. it is really difficult to look for the young who was really interested in mask dancing. This became one of the factors of many mask groups to be died because of not having regeneration. Sometimes, there are those that wanted to study but not serious so they could not continue.
To lean mask dance needs patience and extraordinary perseverance, because of becoming the good dancer could not be instant in short time.



(Indonesia)
Desa Jambuwer terletak di lereng gunung kawi sebelah selatan, jarak dari kota malang kira kira 35 km. desa ini masuk di wilayah kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Masyarakatnya sebagian besar para petani dan berternak. tetapi desa ini cukup dikenal dilingkungan para seniman topeng malangan karena di desa ini ada kelompok kesenian wayang topeng.Kelompok seni topeng ini terbentuk sejak tahun 1959 dengan nama organisasi “Rukun Trisno” dengan beranggotakan masyarakat yang ada di desa Jambuwer. Sebagian besar penari dan pengrawit adalah para petani dan beberapa remaja yang masih duduk di bangku pendidikan. Pada tahun 1991, organisasi ini berganti nama menjadi “Galuh Candra Kirana”.
Awal berdirinya kelompok topeng ini mendapat dukungan besar dari kepala desa setempat yang bernama bapak Ranu Dihardjo. Bapak Kepala Desa ini menyediakan banyak fasilitas untuk perkembangan kesenian topeng di desa Jambuwer ini, antara lain gamelan, tempat latihan dan membantu pembelian kostum topeng.
Perkembangan kelompok topeng ini menjadi kurang baik sejak mantan kepala desa, Bapak Ranu Dihardjo meninggal dunia, karena beberapa fasilitas yang semula bisa dipakai (gamelan dan tempat latihan) akhirnya tidak bisa dipakai lagi karena persoalan keluarga. Kelompok ini terpaksa harus latihan pindah-pindah tempat di rumah anggota yang mempunyai rumah besar dan harus menyewa gamelan untuk latihan dan pentas. Kondisi kostum semakin lama juga semakin usang karena selalu dipakai di setiap pertunjukan dan jumlahnyapun tidak lengkap sehingga selalu menyewa kostm tambahan untuk pementasan wayang topeng.

Meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, kelompok seni topeng ini tetap mempunyai semangat untuk terus melestarikan dan mengembangkan seni tradisi ini.
Pada tahun 2006 kelompok seni topeng ini ditunjuk oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malang untuk mengisi anjungan Jawa Timur di TMII Jakarta, dengan menampilkan wayang topeng dengan lakon “Kayu Apyun”. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi kelompok kesenian dari desa yang bisa tampil di ibu kota. dan kebanggaan tersendiri bagi para pendukungnya yang sebagian besar para penarinya adalah para petani dan pekerja perkebunan.saya melihat bapak bapak penari dan pemusik itu sangat senang dan giat latihan pada waktu itu. mereka merasa telah diberi kesempatan yang langka dan istimewa.
Sekarang beberapa penari topeng dan pemusiknya telah tiada dan tua sehingga kondisi fisiknya perlu diperhatikan. Pada waktu pementasan wayang topeng lengkap saya merasa sangat kebinggungan mengatur para penarinya karena jumlahnya sangat sedikit.
regenerasi penari topeng tidaklah semudah membalik telapak tangan. sangat sulit mencari anak muda yang tertarik untuk menari topeng. melihat pertunjukannya saja mereka sudah malas.Hal ini menjadi salah satu faktor banyak kelompok topeng yang mati karena tidak ada regenerasi pendukungnya.kadang ada yang mau belajar tetapi tidak serius sehingga tidak bisa berlanjut.
mempelajari tari topeng perlu kesabaran dan ketekunan yang luar biasa, karena menjadi penari yang baik tidak bisa instan dalam waktu yang singkat.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Mas Eko, posting yang lebih banyak ya, terutama tentang topeng Malang, saya sangat dukung en respect. blog ini saya link-kan dengan blog desa jambuwervile biar tambah seru.

    BalasHapus